found Your self with your brain

Kamis, 15 Maret 2012

putri sedaro putih (naskah drama)

Putri Sedaro Putih
Cast                                 :
Anak laki-laki 1
Anak laki-laki 2
Anak laki-laki 3
Anak laki-laki 4
Anak perempuan 5
Putri Sedaro putih
Ibu sedaro putih
Kakek tua

Synopsis:
Di negeri rejang, hiduplah keluarga kecil yang sangat bahagia. Walaupun hidup tanpa orang tua, mereka cukup bahagia. Namun, semua berubah, sejak kematian sang adik bungsu, putri sedaro putih.
SCENE 1
Anak perempuan               : (anak perempuan masuk sambil mondar-mandir memanggil Putri sedaro putih) Sedaro!!! Sedaro!!! Sedaro!!! Sedaro!!! sedaro!! Dimana kau? Sedaro !! sedaro!!! Sedaro (masih mondar-mandir)
(anak laki-laki 2 masuk)
Anak laki-laki 2                : kenapa kau berteriak-teriak adikku?
Anak perempuan 5            : oh kakak, aku tidak menemukan sedaro dimana-mana. Aku khawatir padanya kak.
Anak laki-laki 2                : mungkin dia sedang bermain dikampung. Baiknya, mari kita cari bersama-sama dik.
(anak perempuan dan anak laki-laki pergi meninggalkan panggung lalu muncul lagi dari arah yang berbeda)
(anak laki-laki 3 dan 4 masuk)
Anak laki-laki 3                : sedang apa kalian? Sepertinya sedang begitu bingung.
Anak laki-laki 4                : apa kalian sedang mencari sesuatu?
Anak perempuan 5            : benar kak. Kami sedang mencari putri sedaro kakak. Kami tak melihatnya dari tadi.
Anak laki-laki 2                : apa kakak melihatnya?
Anak laki-laki 4                : aku merasa dia tadi di sekitar taman
Anak laki-laki 3                : yah benar. Aku juga melihatnya disana tadi.
Anak laki-laki 2                : benarkah kak? Kalau begitu mari kita, mencari putri sedaro di taman.
Anak perempuan 5            : iya, mari kita kesana
(mereka pergi)
(layar tertutup)

*SCENE 2
(putri sedaro sedang tidur di kursi taman)
(tiba-tiba masuklah ibu Putri Sedaro dan kakek tua)
Ibu Putri Sedaro                : anakku, bangunlah anakku. Ibumu datang. (Putri Sedaro belum terbangun)
Ibu Putri Sedaro              : bangunlah anakku, aku datang tak akan lama (sambil mengelus rambut Putri Sedaro)
(Putri Sedaro terbangun)
Putri Sedaro                     : ah ibu? (duduk sambil mengucek-ucek matanya)
Ibu Putri Sedaro              : benar nak, ini ibu. Bangunlah sebentar. Ada yang ingin ibu katakan
(putri sedaro duduk dan ibu duduk disampingnya)
Putri Sedaro                     : benarkah ini kau ibu?
Kakek tua                         : masih kah kau tak percaya? Bahwa ibumu datang menghampirimu nak?
Putri Sedaro                     : kenapa, kenapa ibu tiba disini? Ada apa?
Ibu Putri Sedaro              : anakku, dengarlah baik-baik apa yang akan aku dan kakek tua ini  katakan.
Putri Sedaro                     : baiklah ibu. Katakanlah.
Kakek tua                         : tau kah kau nak, siapa kau ini sebenarnya?
(Putri Sedaro hanya menggeleng heran)
Kakek tua                         : kau adalah nenek dari ke 5 saudaramu,
Putri Sedaro                     : apa maksudnya? Aku tak mengerti kakek.
Ibu Putri Sedaro              : benar anakku, kau dalah reinkarnasi dari nenekmu. Meski kau belum tau dan tidak mengerti, namun, hal inilah kenyataannya.
Kakek tua                         : usiamu tinggal sebentar cucuku.
Putri Sedaro                     : apa aku akan mati?
Kakek tua                         : yah, sebentar lagi kau akan mati cucuku.
Putri Sedaro                     : kenapa? Kenapa seperti itu?
Ibu Putri Sedaro              : karna itu sudah tuntutan takdir nak.
Kakek tua                         : namun kematianmu tidak akan pernah sia-sia cucuku. Ketika kau meninggal, dan dimakamkan, kau akan berubah menjadi sebatang tanaman yang sangat bermanfaat bagi menusia.

Kakek tua                                 : kau akan tau jika sudah saat nya tau nak.

SCENE 3
(anak laki-laki 2,3,4 dan anak perempuan ke 5 melihat putri sedaro sedang tidur di kursi taman)
Anak laki-laki 2                         : ah, lihatlah itu, dia tertidur disana.
Anak perempuan 5            : baiknya kita hampiri dia kak.
(mereka menghampiri putri sedaro yang sedang tidur)
Anak perempuan 5            : adikku, bangunlah. Ini sudah siang. Mari kita pulang.
putri sedaro                             : (mengigau) ibu…ibu…
anak laki-laki 3                          : apa aku tidak salah dengar?
Anak laki-laki 4                : dia memanggil nama ibu. Bangunkan lah ia segera. Agar ia tidak bertambah sedih.
Anak perempuan 5            : sedaro… sedaro… sedaroo.. bangunlah dik.
(putri sedaro terbangun)
putri sedaro                     : ah, kakak, kepan kalian tiba disini? Lalu, dimana ibu?
Anak laki-laki 2                : kau tertidur disini dik, tak ada ibu disini. Mengapa ka uterus memanggil-manggil dia. Bukankah dia sudah tenang di langit?
Anak laki-laki 3                : apakah kau bersedih dengan kepergian ibumu dik?
putri sedaro                     : tidak kakak. Aku hanya bermimpi bertemu ibu.
Anak laki-laki 4                : apa yang kau mimpikan dik?
Anak perempuan 5            : apa itu berkaitan dengan ibu?
putri sedaro                     : ibu dan seorang kakek tua mengunjungiku kakak.
Anak laki-laki 4                : apa ibu berpesan sesuatu padamu dik?
putri sedaro                     : iya benar kak. Dia mengatakan, aku mungkin akakn mati.
Anak laki-laki 2                : tidakkah kau bercanda adikku?
putri sedaro                     : tidak kakak. Itulah yang aku mimpikan.
Anak laki-laki 3                : baiknya kita bicarakan masalah mimpi putri sedaro ini dengan kakak tertua.
Anak perempuan               : mari kita pulang, dan bicarakan masalah ini dirumah.
SCENE 5
(di rumah, anak laki-laki 4 bersaudara , anak perempuan ke 5, dan putri sedaru berkumpul. Duduk berkumpul)
Anak laki-laki 1                         : ada apa? Kenapa kalian memanggil ku ke rumah? Tak tau kah kalian, bahwa aku sangatlah sibuk.
Anak laki-laki 2                         : begini kakak, maaf kan jika kami mengganggu. Ini masalah mimpi putri sedaru.
Anak laki-laki 1                         ; mimpi apa?
Putri sedaru                              : begini kakak, aku bermimpi bahwa aku didatangi ibu dan seorang kakek tua.
Anak laki-laki 1                         :benarkah?
Putri sedaru                              : benar kakak. siang itu, aku tengah kelelahan. Hingga aku terlelap di taman desa. Tiba-tiba aku bermimpi bertemu dengan ibu dan seorang kakek tua. Dia mengatakan sesuatu padaku kakak.
Anak laki-laki 3                         : apa yang ibu katakan padamu dik?
Putri sedaru                              : dia bilang, kalau aku akan mati dalam waktu dekat ini kakak.
Anak laki-laki 1                         : meninggal dalam waktu dekat ini ? bercandakah kau adikku?
Putri sedaru                              : aku tidak bercanda kakak, itu lah yang ada dimimpiku kak. Bahkan, kakek tua itu berkata kalau sesungguhnya, aku ini ialah penjelmaan nenek kita yang telah tiada sebelum kita semua lahir.
Anak laki-laki 2                         : atas dasar apa kakek itu berbicara seperti itu dik?
Anak perempuan 5                     : benar dik. Aku tak mengerti. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Rasanya tidak mungkin.
Anak laki-laki 1                         : (berkata dengan bijaksana) lalu, apa lagi yang dia katakan padamu dik?
Putri sedaru                                       : dia berkata, kematianku tidak akan sia-sia kakak. karna jika aku mati, maka dari dalam makamku, akan tumbuh tanaman yang  sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Anak laki-laki 3                         : percayakah kau akan mimpi itu dik?
Anak perempuan                        : mimpimu ini membuat hati kami risau dik.
Anak laki-laki 2                         : kita tak bisa meramalkan mimpimu ini dik. Bagaimana jika mimpimu ini hanya sebagai bunga tidur dik?
Anak laki-laki 4                         : benar dik. Au pun merasa, kau bisa bermimpi seperti itu, karna kau terlalu merindukan ibu.
Putri sedaru                                       : entahlah kak, aku sangat bingung kak. Aku merasa mimpi itu begitu nyata kak. Itu benar-benar seperti ibu.
Anak laki-laki                   1                 : sebaiknya jangan terlalu kita fikirkan masalah mimpi putri sedaru. Anggap saja, mimpi itu adalah bunga tidur. Seperti mimpi-mimpi kebanyakan. Jangan terlalu kita fikirkan. Semoga saja tak ada bahaya yang menimpa kita dan mimpi itu tak jadi kenyataan.
Putri sedaru                                       : aku pun berharap begitu kakak.
 Anak perempuan 5                    : jadi janganlah kau merisau lagi adikku. Jika terjadi apa-apa padamu, maka kami pun akan bersedih.
Anak laki-laki 2                         : kami akan berdo’a untukmu adikku.
Putri sedaru                                       :terima kasih kakak. namun, jika memang mimpi itu menjadi nyata kakakku, maka aku tetap rela. Aku rela mengorbankan diriku untuk membuat sesuatu yang lebih bermanfaat.
Anak laki-laki 1                         : hatimu begitu mulia adikku.
Anak laki-laki 2                         : janganlah kalian berkata seperti ini. Itu membuat ku begitu sedih.
*layar tertutup*
SCENE 6
(anak laki-laki 1,2,4 sedang berkumpul dirumah. Duduk sambil minum kopi)
Anak laki-laki 1                         : tak aku sangka, adik kita ityu, pergi meninggalkan kita sebegitu cepat.
Anak laki-laki 2                         : aku juga begitu sedih kak. Mengapa mimpi itu menjadi nyata.
Anak laki-laki 4                         : seandainya saja, aku percaya bahwa mimpi itu suatu pertanda, tentu aku akan membuatnya lebih merasa bahagia.
Anak laki-laki 2                         ; ternyata, ibu benar-benar menjemputnya.
Anak laki-laki 4                         : yah itu benar. Mengapa harus dia dulu yang dipanggil? kenapa dia mendahului kita? masih sedikit sekali kebahagiaan yang ia rasakan.
Anak laki-laki 1                         : aku harap, keikhlasannya untuk mati muda, tidaklah sia-sia.
Anak laki-laki 4                         : hah, mimpi itu membuatku terbeban.
(tiba-tiba anak laki-laki 3 dan anak perempuan 5 datang dengan terburu-buru sambil membawa bumbung bambu)
Anak laki-laki 3                         : lihatlah apa yang aku bawa dari makam adik kita ini.
Anak laki-laki 2                         : apa yang kau bawa dik?
Anak laki-laki 3                         : ini air dari tanaman yang tumbuh di makam adik kita kak.
Anak laki-laki 1                         : air dari tanaman yang tumbuh di makam adik kita?
Anak perempuan                        : benar kaka. Kami menemukan ini di makam adik kita.
Anak laki-laki 3                         : saat kami tengah beristirahat, kami melihat burung merpati memakan air ini. Dan rasanya sangat manis kak.
Anak laki-laki 4                         : ternyata benar tentang mimpi adik kita itu kak.
Anak laki-laki 1                         : yah benar.  Semoga saja, tanaman ini benar-benar bermanfaat.
Anak laki-laki 2                         : yah. Dan juga agar kematian adik kita tidak lah sia-sia.
Anak laki-laki 3                         : baiknya kita beri nama tanaman ini kak. Agar kita bisa mengingat bagaimana adik kita mati agar tanaman ini bisa hidup.
Anak perempuan                        : kita namakan sedaro putih saja kak. Agar kita bisa selalu mengenang adik kita.
Anak laki-laki 4                         : tidak, lebih baik kita sebut enau saja. Nama itu lebih merakyat.
Anak laki-laki 1                 : yah benar. Kita namakan pohon enau saja.
Anak perempuan 5            : benar-benar terpujilah kau adikku. Kematianmu begitu berharga. Sehingga selalu terkenang oleh masyarakat.
Anak laki-laki 3                : namun kakak, jika kita simpan terlalu lama, maka air ini bisa asam.
Anak laki-laki 1                         : benar kah dik? Lalu bagaimana agar air ini tetap manis?
Anak laki-laki 2                         :aku tak punya ide kakak.
Anak laki-laki 4                         :bagaimana kalau kita keringkan saja?
Anak laki-laki 3                         : tidak bisa dikeringkan dik.
Anak perempuan                        : kita buat seperti gula saja kak.
Anak laki-laki 2                         : membuat gula seperti apa dik?
Anak perempuan                        : kita buat seperti gula pada umumnya. Bukankah ini manis melebihi dari gula. Tentu saja ini bisa seperti gula. Kita masak, lalu baru dikeringkan.
Anak laki-laki 3                         : apa kau tau cara membuatnya dik?
Anak laki-laki 4                         : tidakkah sulit cara itu dik?
Anak perempuan                        : tidak kakak. Aku pernah belajar dari ibu-ibu dikampung sebelah.
Anak laki-laki 1                         : yah, marilah kita mulai.
*layar tertutup*
SCENE 7
Anak laki-laki 1                         : manis sekali gula ini.
(mencicipi gula merah)
Anak laki-laki 2                         : yah benar kakak. Warna merah kecoklatannya juga sangat bagus kak.
Anak perempuan                       : ternyata percobaan kita berhasil yah kaka.
Anak laki-laki 4                         : benar adikku. Ide mu ini memang benar-benar cemerlang.
Anak laki-laki 3                         : aku rasa, jika kita jual ini, pasti bisa laku keras. Karena belum ada dipasaran.
Anak laki-laki 1                         : yah kau benar adikku. Inilah masa depan kita. Kita harus memanfaatkan GULA MERAH ini . (mengangkat Gula merah setinggi-tingginya)
*layar tertutup*
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar