Permainan
Cast :
1. Pejabat
2. Pengusaha wanita
3. Calon bupati
4. Sekretaris pejabat
5. Penduduk 1
6. Penduduk 2
7. Wartawan
8. Penduduk 3 (laki-laki)
9. Cameramen
10. Sekretaris calon bupati
SCENE 1
(suasana gelap)
(calon bupati masuk membawa poster dirinya sambil mengendap-endap, menempelkan poster dirinya sambil tersenyum dan memperbaiki dasinya)
Calon bupati : yah, yah, bagus, saya yakin, lawan saya yang lain, tidak akan menyangka, kalau saya, sudah mengambil langkah duluan. Hahahha. (tertawa terbahak-bahak sambil mengangkat-angkat salananya)
(calon bupati keluar sambil mengendap-endap)
(suasana menjadi terang)
(penduduk 1 masuk bersama penduduk 2)
Penduduk 1 : wah lihat, apa itu?
Penduduk 2 : apa itu? Apa? Dan apakah itu?
(terkejut sambil menunjuk-nunjuk ke arah dinding)
Penduduk 1 : mari kita kesana!
(berjalan menuju arah dinding)
Penduduk 2 : ahhhhh,, INIIIIII !!!! ( terkejut yang didramatisir)
Penduduk 1 : sebuah posterrr !!!!
Penduduk 2 : poster siapa kah ini?
Penduduk 1 : disini ditulis calon bupati daerah kita.
Penduduk 2 : apa ini sudah masuk masa kampanye?
Penduduk 1 : (mangut-mangut) mungkin-mungkin
(penduduk 3 masuk)
Penduduk 3 : ada apa ini?
Penduduk 2 : cobalah kau lihat ini ! (menunjuk kearah poster)
Penduduk 3 : ah, ternyata dia sudah pasang poster disini.
Penduduk 1 : kau kenal dia?
Penduduk 3 : tentu saja, aku mengenalnya. Dia adalah (backsound suara menegangkan)
Dia adalah calon bupati kita yang terbaik diantara yang terbaik.
Penduduk 2 : benarkah? Darimana kau tau?
Penduduk 3 : tentu saja. Dia adalah pamanku (tersenyum bangga)
Penduduk 1 & 2 : OOOOOOOOOOOOO
Penduduk 3 : yah, begitulah ceritanya.
(masuklah wartawan dan cameramen menuju TKP)
Wartawan : lihatlah, dia sudah memasang posternya disini.
Cameramen : yah benar, mari kita liput. Mungkin baru kita yang dapat berita ini.
Wartawan : baiklah, saya siap. (para penduduk hanya bengong melihatnya)
Cameraman : baiklah, camera, rolling, action !
Wartawan : baiklah pemirsa, kami laporkan langsung dari tempat kejadian perkara. (cameraman lalu menyorot dinding dan poster serta para penduduk) inilah, gambar dinding, tempat calon bupati terbaru kita menempelkan poster terbarunya.
Penduduk 3 : woi, kita masuk TV !! (bergaya)
Penduduk 2 : yah-yah.
(para penduduk berebutan untuk direkam)
Cameraman : maaf mba, tolong minggir,
Penduduk 1 : kami juga mau masuk TV mas, masa tembok aja yang masuk TV.
Penduduk 2 : betul-betul (masih berebutan)
Cameraman :Ya sudah, sekarang minggir dulu, saya mau ngerekam dulu, besok saya kesini lagi, bawa TV yang besar. Biar mba’-mba’ semua bisa masuk TV.
(wartawan mendorong para penduduk)
Wartawan : maaf yah mba’ saya mau liputan (mendorong para penduduk, namun para penduduk tetap bertahan.)
Cameraman : yah, bagus-bagus. Lumayan buat acara comedi nanti malam.
(wartawan dan para penduduk jatuh. Sementara cameraman masih merekam)
Penduduk 3 : wah, si mba’ wartawan ini kuat juga. Minum apa tadi mba’?
(para penduduk dan wartawan bangun)
Wartawan : minum Super Jus donk ! (membanggakan diri)
Penduduk 2 : wah,wah, kalau begitu, besok saya harus minum juga.
Penduduk 1 : (bergaya didepan camera, meniru gaya wartawan) yah begitulah pemirsa, ternyata mba’ ini minum Super Jus supaya kuat. Sekian acara hari ini.
Wartawan : eh,eh, enak saja kamu ngambil posisi saya. (mendorong penduduk 1)
Penduduk 1 : (sedikit ngesot) (backsound sedih) aku tau mba’, aku ini hanya orang kampung yang polos. Teganya kau menghina ku seperti ini. (menangis)
Cameraman : drama rolling, action !
Penduduk 2 : tak ku sangka anak kota perilakunya seperti ini.
Wartawan : kau tega menuduh ku yang bukan-bukan tanpa bukti. Apa salahku?
Penduduk 3 : sudah-sudah, makan dulu sana !
(semua mata tertuju pada penduduk 3)
Penduduk 1 : (menunduk) ah, bahkan tetanggaku sendiripun, mengacuhkan aku.
Penduduk 2 : betapa malang nasibmu temanku. (duduk mengelus kepala penduduk 1)
Wartawan : kau- kau-kau ! (menunjuk penduduk 2) teganya kau menghianatiku..
Penduduk 3 : aku galau tanpamu (duduk menghadap ke arah penduduk 2)
(hape cameraman berbunyi. (lagu dangdut))
Cameraman : STOP !! (semua diam statis)
Cameraman : halo ?
Ah, iya sayang,
Tunggu ya, aku akan segera kesana (pergi meninggalkan para penduduk dan wartawan)
(para penduduk dan wartawan tersadar setelah beberapa saat)
Wartawan : kita kenapa yah?
(pera penduduk geleng-geleng. Penduduk 3 masih statis)
Wartawan : kok saya ditinggal? Ah, mari mba’ saya pergi dulu. (tersenyum manis)
Penduduk 2 : (melihat jam) ah sudah siang, bukankah kita mau pergi ke pasar?
Penduduk 1 : ah iya. Mari kita pergi.(meninggalkan penduduk 3)
Penduduk 3 : (sadar setelah beberapa saat) kok aku sendirian ya? Yang lain kemana?
(lihat kanan dan kiri)
Kimiiiiii !!!! tolong, jangan tinggalin aku lah !!! (iklan version)
SCENE 2
Pejabat : (masuk bersama sekretaris pejabat yang membawa tas) apa jadwal saya hari ini?
Sekretaris Pejabat : sebentar pak. (genit)(mencari-cari agendanya)
Pejabat : sudah ketemu belum?
Sekretaris Pejabat : sebentar pak, satu menit lagi.
Pejabat : yah, cepat-cepat (duduk di sudut panggung)
Sekretaris Pejabat :ah iya pak ! ketemu pak ! yes ! yes ! Alhamdulillah !
(pejabat melihat heran)
Sekretaris Pejabat : bapak punya janji bertemu di taman bersama bapak calon bupati.
Pejabat : jam berapa bertemunya?
Sekretaris Pejabat : (tersenyum malu) 5 menit yang lalu pak . hee,,
Pejabat : kamu ini ! mari kita berangkat sekarang. Sebelum bapak calon bupati itu marah.
Sekretaris Pejabat : baik pak-baik pak. (mengikuti pejabat dari belakang)
(ketika pejabat meninggalkan panggung, calon bupati masuk dari arah yang berbeda bersama sekretaris bupati yang membawa tas besar)
Calon bupati : (mondar-mandir sambil melihat jam) sudah jam berapa ini? Kenapa pejabat itu belum juga datang. Dasar pejabat gadungan ! jamnya dari karet !
Sekretaris bupati : sabar pak. Sebentar lagi
(mondar-mandir) (muncullah pejabat dan sekretaris)
Pejabat : ah, teman seperjuanganku. Maaf sudah lama menunggu (pejabat dan calon bupati berpelukan)
Calon bupati : yah, tak apalah. Kita ini berteman. Jadi, tak masalah lah menunggu sebentar.
Pejabat : yah, Sekretarisku ini, tadi lupa memberi tau kalau hari ini aku ada janji denganmu.
Sekretaris pejabat : maafkan kelalaian saya pak.
Calon bupati : tak perlu seperti itu. Biasa saja. Cukup kamu memberi tau seluruh teman, keluarga dan kerabatmu untuk memilih saya. Itu saja sudah cukup.
Sekretaris pejabat : tentu pak.
Pejabat : hahaha. Bisa saja bapak ini. Baiklah kita bicarakan kesepakatan kita pak.
Calon bupati : kalau hanya permasalahan itu yang kamu hadapi, saya rasa tidak ada masalahnya. Asalkannn..(tersenyum-senyum melihat kearah tas)
Pejabat : haha. Tentu pak. Tentu. Saya sudah siapkan untuk bapak. Untuk biaya kampanye bapak. Memang tidak banyak yang saya berikan. Tapi cukup untuk membagi kebahagian pada beberapa rakyat (tersenyum licik)
(calon bupati tertawa)
Pejabat : sekretaris ! tunjukan uangnya !
(Sekretaris maju membukakan tas dan menunjukan pada bupati)
Calon bupati : Sekretaris! pindahkan uangnya. (memindahkan uang)
Sekretaris pejabat : maaf bapak, sepertinya bapak harus pergi. Janji makan siang dengan anggota DPR sudah akan tiba.
Pejabat : ah iya. Baiklah pak, saya pergi dulu. Mohon bantuannya pak.
Calon bupati : yah, yah baik. Terima kasih ya pak. (menjabat tangan pejabat)
(pejabat dan Sekretaris pejabat pergi) (bupati duduk lagi disisi lain panggung)
Calon bupati : jam berapa tamu kita akan datang lagi? (bertanya pada Sekretaris)
Sekretaris calon bupati : mungkin sebentar lagi tiba pak.
Calon bupati : baiknya kita tunggu saja
(calon bupati mondar-mandir)
(pengusaha wanita masuk)
Pengusaha wanita : maaf pak, saya sudah membuat bapak menunggu lama.
Calon bupati : ah tidak, saya baru saja tiba disini.
Pengusaha wanita : saya tidak punya waktu banyak pak.
Calon bupati : yah, saya tau
Pengusaha wanita : jadi bagaimana pak?
Calon bupati : ya seperti itu lah buk.
Pengusaha wanita : bapak bisa bantu masalah saya?
Calon bupati : bagaimana saya bisa bantu, kalau saya tidak mengerti masalah ibu !
Pengusaha wanita : ya ampun pak. Jadi waktu saya menjelaskan kepada bapak di telepon tadi, bapak tidak mengerti?
(calon bupati geleng-geleng)
Pengusaha wanita : jadi begini pak.
Calon bupati : ya bu?
Pengusaha wanita : saya akan dicekal pak?
Calon bupati : dicekal???
Pengusaha wanita : ya benar pak.
Calon bupati : (berdiri) ibu tidak seksi, jauh dari kesan yang ehem-ehem. Jadi mau dicekal bagaimana bu?
Pengusaha wanita : bukan dicekal seperti itu maksud saya pak. Saya akan dicekal, karena salon saya melayani ehem-ehem pak.
Calon bupati : hohoho. Jadi ternyata seperti itu,. Itu mudah saja. Jika nanti saya terpilih jadi bupati.
Pengusaha wanita : apa bapak bisa mengusahakannya?
Calon bupati : yah tentu, tentu, bisa-bisa. (melirik kearah tas pengusaha wanita sambil tersenyum licik)
Pengusaha wanita : tentu pak. Tentu. Saya bawa untuk bapak.
Calon bupati : silahkan berikan pada Sekretaris saya.
(pengusaha wanita menyerahkan uang pada Sekretaris calon bupati)
Pengusaha wanita : baiklah pak. Saya rasa, kita sudah sepakat pak. Kalau begitu, saya mundur diri dulu. Mohon bantuannya pak.
Calon bupati : yah.yah, sama-sama. (berjaat tangan)
(pengusaha wanita pergi)
Calon bupati : hahaha. Kalau begini, kenapa tidak dari dulu saja saya mencalon jadi bupati.., hahhaha.
Sekretaris calon bupati : memangnya kenapa pak?
Calon bupati :Yah kamu lihat ini, baru nyalon saja sudah dapet uang segini banyak. Hahha.
Sekretaris calon bupati :Iya-iya pak, kalau begitu taun depan saya ikut nyalon yah pak !
Calon bupati : dasar bodoh kamu! Taun depan mana ada ! adanya 5 tahun lagi.
Sekretaris calon bupati : oh begitu yah pak.
Calon bupati : yah seperti itu lah. Mari kita pergi. Jangan sampai ada orang yang ,melihat kita.
(calon bupati & Sekretaris calon bupati pergi meninggalkan panggung)
SCENE 3
Cameraman : (menelepon) sayang, kamu dimana? Aku udah nyampe nih.
Sekretaris calon bupati : sayang, aku disini.
Cameraman : (mematikan telepon) ah kamu, aku cari-cari dari tadi.
Sekretaris calon bupati : maaf yah sayang, aku tadi sibuk ngantarin bapak calon bupati.
Cameraman : nganterin kemana aja sayang?
Sekretaris calon bupati : sebenarnya ini rahasia.
Cameraman :aku bisa jaga rahasia kok. Apa kamu ngga percaya ma aku?
Sekretaris calon bupati : ya udah, aku certain yah, (wartawan menyiapkan alat perekam) sebenarnya tadi, aku baru udah nganterin bapak bupati pergi nemuin pejabat dan pengusaha wanita yang ngasih uang buat dia. Pejabat itu, ngasih uang, sedangkan bapak calon bupati berjanji untuk membantu membebaskan dia dari masalah hukum. Sedangkan pengusaha wanita itu, ngasih uang, biar dia ngga dicekal, supaya dia punya salon ehem-ehem.
Cameraman : oh gitu, yah begitulah dunia politik. Oh iya sayang, kamu bawa dokumen yang aku minta itu ngga?
Sekretaris calon bupati : ini. (menyerahkan map berwarna hijau) memang dokumen apa itu?
Cameraman : nanti kamu tau sendiri. Kita pergi sekarang yuk.
(wartawan & Sekretaris calon bupati pergi)
SCENE 4
(suasana gelap)
(Sekretaris pejabat masuk. )
(Cameraman masuk)
Sekretaris pejabat : (berbicara setengah berbisik) bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkannya?
Cameraman : Sudah ku dapatkan dari Sekretaris bodoh itu. Hahaha.
Sekretaris pejabat : benarkah? Mana dokumennya?
Cameraman : ini (menyerahkan map hijau) dan ini (menyerahkan rekaman)
Sekretaris pejabat : apa ini?
(Cameraman memutar hasil rekaman suara Sekretaris calon bupati)
Sekretaris pejabat : hahah. Bagus-bagus. Rencana kita besok harus berhasil.
SCENE 5
(wartawan membariskan para penduduk, pejabat, sekretaris pejabat, & pengusaha wanita di atas penggung)
(cameraman dibawah meliput)
Wartawan : bagaimana pendapat anda mengenai calon bupati terbaru kita ini?
Penduduk 1 : saya belum mengenalnya secara pasti, jadi saya belum bisa menyimpulkan.
Penduduk 2 : yah, saya juga sama. Karna itu saya datang kemari. Agar bisa mengenalnya loebih lanjut.
Penduduk 3 : dia pasti calon bupati yang terbaik!
Waratawan : mengapa anda begitu yakin mengatakannya.
Penduduk 3 : karna dia paman saya. (tersenyum bangga)
Wartawan : baiklah, mari kita ke sumber yang lainnya. Kalau menurut anda bagaimana?
Pejabat : saya mendukung beliau sepenuhnya. Karena dia benar-benar memiliki kualitas dan tujuan yang jelas.
Sekretaris pejabat : saya masih ragu.
Pengusaha wanita : saya sama seperti bapak pejabat. Saya yakin sepenuhnya terhadap calon bupati terbaru ini.
(calon bupati dan Sekretaris calon bupati masuk)
(pemain lainnya turun ke bawah)
calon bupati : maaf, jika telah membuat kalian menunggu lama.
Penduduk 3 : tidak apa-apa paman !
calon bupati : baiklah, kita mulai saja sesi pertanyaannya,
wartawan : jika anda menang, apakah anda akan lebih memikirkan nasib wartawan yang gajinya sangat kecil?
calon bupati : ya, tentu saja.
Penduduk 2 : apa anda akan memperbesar bantuan bagi rakyat?
calon bupati : ya, tentu saja
penduduk 1 : apa anda akan membuka jalan kea rah rumah saya?
calon bupati : jika itu yang anda minta, akan saya buka.
Penduduk 3 : nati uang jajan saya ditambah ya Om.
calon bupati : ya, tentu-tentu, itu pasti.
Sekretaris pejabat : lalu bagaimana anda menjelaskan tentang dokumen ini?
calon bupati : (terkejut) itu..itu..
cameraman : dan bagaimana anda menjelaskan tentang rekaman ini? (memutar rekaman)
calon bupati : itu kan…
Sekretaris calon bupati : sumpah pak. Saya tidak tau kalau saya direkam !
Penduduk 1 : oh, jadi kalian saliang suap menyuap?
Penduduk 2 : dasar koruptor !
(penduduk melempari calon bupati. Sedangkan pejabat dan pengusaha wanita pergi berlari.)
Penduduk 3 : om, aku ngga nyangka kamu kayak gini (mendramatisir)
calon bupati : jangan salah paham saudara-saudara ! ini hanya jebakan.
Sekretaris pejabat : jebakan apa? Ini sudah ada buktinya. Karena itu saudara, pilih saya saja sebagai bupati.
Penduduk 1 : ah, paling sama saja ! dasar politisi ngga berkeperihatian !
(menyerang dengan sayur-sayuran dan wortel)
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar